Senin, 02 November 2015

MY WEDDING (8-8-2015) PASOK TUKON

Setelah prosesi lamaran yang misscom Desember 2014,,, aku balik lagi ke perantauan Ibukota... mas doi juga demikian.... hihihi

Awal April 2015, aku pulang kampung karena tanggal merah yang berderet... (libur apaan aku lupa)...hehehe ternyata oh ternyata ortu ku sam ortu mas doi udah pernah saling ketemuan (ngomong 16 mata gitu) ngomongin gmn kelanjutan lamaran kemaren...

Dan....keinginan ortuku adalah menikah saat bulan "Besar" (bulan setelah hari raya idul adha), karena kepercayaan adat Jawa yang mana bulan besaradalah bulan baik untuk menikah....
namun ternyata otunya mas doi kepengen kita nikah saat bulan Syawal (setelah idul fitri) karena menurut mereka kurang baik jika jarak antara lamaran dengan hari H pernikhan terlalu jauh,, ditambah lagi ada anggota keluarga mas doi yang mau naik haji,, dan takutnya belum balik Indonesia pas kita nikahan..

Oke,, singkat cerita saat aku pulang kampung itu,, ada pertemuan keluarga besar lagi heheehe... pertemuan ini agendanya adalah Pasok Tukon dan menentukan hari pernikahan kita,,,, ehehehe.. seneng---seneng.....

Mas doi dateng sambil bawa pasok Tukon (tanda jadi kepada pihak keluargaku) yaitu perhiasan emas, dan uang tunai... (Klo adat Jawa,, biasanya pasok tukon ini semampunya pihak cowok,, "NRimo" ajalah dikasih berapa) heheehe.. mempermudah lah,, hehehe niat baik,, mau menyatukan dua keluarga besar,, mau ibadah.. mengharap ridho Allah (tsahhhhh...) :p


Saat prosesi Pasok Tukon ini dilibatkan juga sesepuh desa,, hehehe dan... waktu itung-itung tanggal pun dimulai... (dag dig dug gitu perasaan,, kapan nih waktu pernikahanku,, waktu yang mana yang di acc ortuku,, habis lebaran idul fitri atau idul adha)..

Eng ing eng... ortuku meng acc waktu Bulan Syawal,, atau setelah idul Fitri? Kenapa? karena kata orang tua bisa pamali klo udah dilamar tapi ortunya memperlambat waktu pernikahannya (g baik mengulur-ulur waktu) ehehehehe.. klo diittung-itung tinggal 4 bulan lagi waktu pernikahanku...


Dan setelah dicocokkan tanggal, hari baik,, dll (itung-itungan Jawa) waktu pernikahanku dan mas doi ditetapkan tanggal 8 Agustus 2015 (8-8-2015) aaaaaaa.... dan saat penentuan itu pada g sadar klo itu tanggal cantik... 8 bulan 8.. serba 8 gitu...


Setelah sadar klo itu tanggal cantik, jadi lah ortuku menggebu-gebu pengen akad nikah diadain tepat jam 8 pagi... mulai lah drama urus ini itu,, dari a sampai Z...


oke nanti dilanjut tahapan rempong ngurus ini itunya... hehehe

MY WEDDING (8-8-2015) setelah 8 Tahun bersama ( Prosesi lamaran)

Yap... ini adalah tulisan pertama di Tahun 2015 ini... (hahahahaha) g pernah nulis lagi..*emang dulu nulis?
Tulisanku yang dulu,, cuma copy paste tugas kuliah (makalah,review, dan semacamnya) hahahaha..
Sekarang g tau kenapa pengen nulis aja,, sekedar share pengalaman tentang pernikahan.. (salah satu moment indah banget dalam hidup)...

Aku udah 8 tahun pacaran sama mas doi.. (pacaran apa KPR rumah tuh? ) hihihi... awal kenal sama doi karena sama-sama 1 kelas waktu SMA.. (cinta anak SMA gituhh)
tetep terus lanjut pacaran sampe kuliah... sampe lulus kuliah.. dan akunya merantau di Ibukota (yang lebih kejam daripada ibutiri) :(
g tau kenapa namanya udah jodoh kali ya.. eee si mas doi ngelamar kerjaan di Tangerang yang ternyta langsung keterima, bahkan langsung dipercaya ngajar SMP dan SMA sekaligus (mas doi bapak guru ganteng) hihihi

singkat cerita,, aku dan mas doi sama-sama ngerantau di Jakarta dan Tangerang.. setelah 23 tahun hidup ayem tentrem di Jogjakarta. ngerasain deh gimana rasanya seneng bgt tanggal muda,, punya duit sendiri bisa foya-foya,, sama nangis bombay pas tanggal tuwir... uuuuuu

1 Tahun setelah punya kerjaan tetap,, tepat di bulan Desember 2014,, si mas doi ngelamar.. uwoooo... rasanya campur aduk dong... seneng banget ada cowok yang bener-bener ngajakin melangkah ke jenjang yang lebih serius...

Tahapan lamaran ini ada misscom sama keluarga si mas doi, padahal sama sama orang Jogja.. tapi namnya aja "Desa mawa tata, negoro mawa cara" (tiap tempat/daerah punya tata cara masing-masing)..

jadi di keluarga mas doi itu tata cara lamarannya adalah sekedar tukar cincin dan menentukan hari pernikahan, sekaligus perkenalan keluarga besar... Nahh... sementara di keluargaku tata cara lamaran masih menganut adat Jawa yang mana cuma sekedar nembung (bilang ke keluargaku klo mas doi serius untuk menikah) , dan nanti dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pasok tukon (Tahap dimana keluarga cowok ngasih perhiasan/ uang sebagai tanda jadi untuk menikah / Sebagai pengganti kepengurusan administrasi di KUA)..tapi di Jaman sekarang biasanya tahapan nembung dan pasok tukon ini dijadikan satu waktu, gunanya biar hemat. (Hemat tenaga dan uang tentuna, karena berkunjung ke pihak calon besan kan pastinya bawa buah tangan, si tuan rumah juga pastinya akan menyediakan makan makannan enak)

Naaaa,,, pas mas doi dateng ngelamar keluargaku ngira bakal ada acara tukar cincin yang juga bakal ada pasok tukon juga... ternyata oh ternyata g ada... hahahhaha...



(sama mas doi) hehe tema kita merah merona....
(si cincin pengikat hati dan juga keluarga besar kita)

Setelah acara tukar cincin ini,, dilanjutin acara makan-makan terus perkenalan keluarga,, ada pakde bude,, sepupu,, simbah,,, dan lainnya... (sampe sekarang aja aku belum hapal keluarga mas doi semua) hahahahha

Buat yang mau serius ke jenjang berikutnya,, harus diomongin bener-bener dah dari tahap lamaran ini,karena tiap daerah, punya tradisi sendiri sendiri....

(Foto bareng kanjeng mami tercinta)


Oke...sekian cuap cuap tentang prosesi lamaran... lanjut tentang persiapan Wedding berikutnya,,,,, :)

Rabu, 16 Juli 2014

MAKNA TUBUH MASKULIN BAGI LAKI-LAKI KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN (The Meaning of Masculin Body for Men Beauty Clinic Consumer

ini adalah buah karya pikiranku yang membuat sah jadi S.Sos.. hihi.. :p
cuma awalannya ajahhhh...




Maskulin, sebuah kata yang tidak asing di telinga kita dan selalu  identik dengan kaum lelaki. Maskulin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bersifat jantan.[1] Maskulin juga dikatakan sebagai pola sosial yang terbentuk dari masyarakat yang menunjukkan bagaimana seorang pria atau lelaki diharapkan untuk berperilaku.[2] Seorang laki-laki dikatakan maskulin bila ia memiliki sifat kejantanan baik berupa kepribadian, perilaku, pekerjaan dan lainnya misalnya agresif dominan, ambisius, keras, fisik yang kuat, tinggi besar, berotot dan tangkas. Maskulinitas sebenarnya  dibentuk oleh sebuah konstruksi gender yang ada di tengah masyarakat. Konstruksi ini menciptakan dua kutub yang saling bertolak belakang yaitu Maskulin untuk laki-laki dan Feminim untuk perempuan.
 Konstruksi ini ditanamkan lebih dalam lagi dengan patriarkhi yang mendominasi kultur sosial masyarakat kita. Patriarkhi menggambarkan bagaimana sosok laki-laki sebagai seorang yang rasional, tidak peduli, dan berani mengambil keputusan. Laki-laki dalam kultur patriarkhi juga diposisikan sebagai pemimpin rumah tangga yang dibebani tanggung jawab yang besar, bagi istri, anak, dan keluarganya. Maskulinitas yang melekat pada diri laki-laki mengatakan tabu bagi  laki-laki untuk mengangis, menunjukkan kelemahannya dan tabu pada hal-hal yang berbau dengan perawatan tubuh, hal ini  dikarenakan tubuh laki-laki seolah-olah sudah diciptakan sempurna, sehingga tidak harus melakukan perawatan tubuh,  perawatan tubuh juga sebuah  hal yang identik dengan perempuan atau feminitas.  Pada kenyataanya, tidak semua laki-laki merasa nyaman pada konstruksi maskulin yang terbentuk tersebut. Laki-laki juga manusia biasa  sama halnya seperti perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi korban dalam sebuah konstruksi gender yang terbentuk dan melekat sangat kuat dalam masyarakat kita.
Saat ini semua  masyarakat dunia tengah hidup dibawah pengaruh globalisasi. Globalisasi adalah istilah untuk menunjuk proses yang terdiri dari serangkaian unsur-unsur eksternal, yang bersifat objektif dan mengubah dunia.[3] Globalisasi telah membawa perubahan besar  di semua aspek kehidupan kita, baik itu sosial, ekonomi, politik sampai kebudayaan. Globalisasi sendiri merupakan proses awal yang perlahan-lahan memunculkan kondisi globalitas baru dengan kualitas dan hasil yang belum tentu pasti. Menurut Giddens, Globalisasi langsung dihubungkan dengan perkembangan masyarakat modern menuju industrialisasi dan akumulasi sumber daya-sumber daya material yang lebih merupakan kontuinitas atau keberlanjutan dari sebuah modernitas. [4]  Periode kontemporer inilah yang kemudian ia istilahkan sebagai “modernitas tinggi” yakni tahap modernitas yang saat ini bergerak ke dalam tahap global, masyarakat menjadi sebuah “masyarakat dunia” dan individu-individunya dihadapkan dengan institusi-institusi sosial yang juga mengglobal.
Salah satu pengaruh globalisasi yang  terasa bagi kehidupan manusia  adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK yang terus berkembang kemudian membuat wacana gender akan  maskulin dan feminim mengalami pergeseran yang juga  luar biasa. Ini kemudian menciptakan perubahan termasuk untuk laki-laki. Kesadaran laki-laki kemudian  makin muncul, bahwa tidak benar bahwa laki-laki mempunyai fisik yang jauh lebih kuat dan bisa segala-galanya. Dalam berbagai aspek,  laki-laki juga mempunyai kebutuhan untuk merawat tubuhnya, menakar makanan sehat, dan menjaga kebugaran tubuhnya sendiri.[5] Laki-laki kemudian semakin menyadari bahwa perawatan tubuh, memperhatikan mode dan penampilan merupakan bagian terpenting dalam kehidupannya. Penampilan yang rapi, tubuh yang bersih, wangi, enak dipandang dan tentu saja sehat jasmani dan rohani menjadi gambaran laki-laki modern saat ini.
Tubuh adalah penjara atau makam jiwa.[6] Tubuh adalah saya... saya adalah tubuh.[7] Tubuh adalah kerangka atau struktur fisik atau material (Oxford English Dictionary). Lalu apa sebenarnya itu tubuh? Bagian dari diri manusia ini begitu berharga dan sangat bernilai tinggi. Bahkan dalam riwayat sejarah Yunani kuno, masyarakatnya begitu memuja dan mengagungkan  tubuh. Semua patung lukisan dan hasil karya agung dari negara peradaban dunia ini menyuguhkan keindahan tubuh manusia. Bahkan negara tersebutlah yang memunculkan teori-teori kecantikan guna memanjakan tubuh. Tubuh sekarang menjadi aset penting oleh seorang individu, baik itu laki-laki maupun perempuan. Bagian dari tubuh yang begitu di banggakan dan di rawat dengan  penuh  keistimewaan umumnya adalah wajah. Apa itu wajah? Sesuatu yang unik lunak dan publik. Wajah adalah simbol utama dari diri. Ia unik karena tidak ada dua wajah yang  identik, bahkan saudara kembar sekalipun,  dan lewat wajah lah kita saling mengenali diri  masing-masing dan mengidentifikasi diri sendiri. [8] Wajah merupakan bagian dari tubuh yang demikian personal, meskipun wajah dirias, dihias, dan sangat dipengaruhi trend.
Klinik kecantikan adalah sebuah tempat yang memberikan jasa perawatan untuk tubuh.  Di klinik kecantikan konsumen bisa berkonsultasi dengan dokter ahli kulit dan kecantikan  untuk mengetahui masalah tubuh termasuk wajah. Kemudian konsumen diberikan produk dan dianjurkan untuk melakukan jasa perawatan yang disediakan klinik tersebut. Dikota Yogyakarta sendiri  terdapat begitu banyak klinik kecantikan yang berdiri, dari kelas menengah sampai kelas atas. Klinik-klinik tersebut memberikan berbagai macam model perawatan tubuh dari yang tradisional sampai memakai teknologi canggih untuk memanjakan konsumennya. Tubuh laki-laki yang selama ini dianggap nomor dua setelah tubuh perempuan sekarang ini juga telah menjadi pangsa pasar dari keberadaaan klinik kecantikan yang ada. Untuk konsumen sendiri tubuh  juga begitu berharga untuk dirawat karena merupakan aset atau modal diri untuk menunjang penampilan dalam kehidupannya. Fenomena laki-laki yang menjadi konsumen klinik kecantikan,saat ini bisa kita jumpai dengan mudahnya di sekitar kita. 
Bagaimana laki-laki konsumen klinik kecantikan tersebut merawat tubuh mereka di tempat yang selama ini dicap milik perempuan  serta bagaimana mereka memandang tubuh dan penampilan merupakan hal yang menurut saya menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah  laki-laki sebagai konsumen  klinik kecantikan  memandang tubuh dan penampilan mereka?
2. Bagaimanakah laki-laki tersebut  memaknai tubuh maskulin  mereka?


[1]  Definisi maskulin dari KBBI online, diunduh dari www.pusatbahasa.kemdiknas.go.id
[2] Definisi maskulin, diunduh dari www.kamuskesehatan.com
[3] Munti, Ratna Batara. 2005. Demokrasi Keintiman. Yogyakarta:LkiS. Hal: 13
[4] Ibid Hal. 14
[5] Jurnal Perempuan Saatnnya Bicara Soal Laki-laki , No. 64 Tahun 2009,  tentang Laki-laki Baru Mendobrak  Tabu oleh Eko Bambang Subiantoro.
[6] Menurut Plato dalam Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial. Yogyakarta: Jalasutra, mengenai definisi tubuh.
[7] Menurut Jean P. Sartre, ibid.
[8] Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial. Yogyakarta: Jalasutra. Hal: 115

Review Buku “ BIRAHI MAYA “ (MENGINTIP PEREMPUAN DALAM CYBERPORN) Penulis: Ellys Lestari Pembayun Cetakan I, Oktober 2010 Penerbit: Nuansa








Buku “Birahi Maya (Mengintip Perempuan dalam Cyberporn)”  ini memperlihatkan pada kita bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi dalam hal ini adalah internet selain membawa manfaat yang besar, juga membawa efek negatif untuk manusia salah satunya adalah pornografi. Buku ini mempunyai topik yang menarik yaitu pornografi dalam dunia maya yang selama ini digambarkan dengan sosok perempuan telanjang, tanpa busana yang  seksi, dan dapat membangkitkan gairah si pengguna internet. Dalam buku ini juga dilengkapi dengan hasil wawancara si penulis dengan para informan, yang dalam hal ini adalah pengguna (konsumen pornografi dunia maya), pelaku pornografi, produser, dan para aktivis feminis. Dilengkapi pula dengan pandangan pandangan penulis menggunakan analisis tokoh-tokoh besar ilmu sosial seperti Foucault, Derrida, Baudrillard, sampai Franfrut School. Memang buku ini lebih mengarah ke topik gender dan feminitas, terlihat dengan analisis si penulis yang menggunakan teori-teori feminis dalam menelaah masalah pornografi maya . Namun,buku ini  saya rasa masih relevan dengan mata kuliah kritik sosial teknologi dimana teknologi  yang ada sekarang juga menyuguhkan sesuatu yang negatif dan tabu (pornografi), sesuatu yang melanggar norma timur kita, khususnya norma agama, namun itu menjadi tema yang “disukai”  dalam masyarakat.
Isi Buku
           Internet, sebuah hasil dari teknologi yang diciptakan guna mempermudah kebutuhan manusia. Di dalam internet manusia bisa menemukan segala macam pengetahuan yang diinginkannya, termasuk seks.  Tidak munafik, seks adalah salah satu kebutuhan menusia dewasa. Seks kemudian hadir di dalam internet, yang membawa manusia ke dalam konsumsi baru. Selain itu seks lewat internet seperti menjerat hastat para penggunanya agar mau melihatnya dan terus menerus menggunakannya. Bahkan remaja sampai anak kecil yang sudah paham penggunaan internet, bisa dengan mudah melihat situs-situs yang semestinya hanya boleh dilihat oleh orang dewasa ini. Seks via internet dalam buku ini dikatakan membawa manusia dalam aktivitas mengintip (to voyeur) dan lama kelamaan menjadikan manusia sebagai pelaku voyeurisme, atau kegiatan mengamati kegiatan seks orang lain (Ronald J. Corner). Sementara Pornografi sendiri berasal dari kata Yunani Kuno yang  berarti, menulis tentang pelacur (Dworkin). Ada dua jenis pornografi, yaitu soft core, atau yang bersifat merangsang imajinasi, dan hard core, atau sajian erotik yang lebih nyata.
           Seiring berkembangnya teknologi, internet juga makin gencar memperlihatkan adegan-adegan seks, dan konten-konten pornografi yang dibuktikan dengan menjamurnya situs-situs porno dalam internet, baik lingkup  lokal maupun internasional. Yang juga disoroti dalam buku ini adalah, perempuan dalam situs seks pornografi  dalam internet. Perempuan menjadi obyek utama dalam cyberporn, perempuan yang telanjang, dan melakukan adegan seronok dan erotis, adegan berhubungan intim dengan orang bahkan sampai dengan binatang,  menjadi konsumsi para konsumen, yang didominasi kaum lelaki. Lalu mengapa perempuan yang dijadikan obyek utama?Perempuan dianggap makhluk yang indah, penurut, pasrah dan punya kelembutan hati. Perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk pasangan laki-laki yang bertugas memuaskan hasrat seks pasangannya. Perempuan yang ada dalam cyberporn itu kemudian menjadi teman fantasi seks dalam pikiran si pengguna situs tersebut. Perempuan dalam cyberporn adalah perempuan hasil komodifikasi yang sengaja disuguhkan untuk pemuas konsumen dunia maya, tontonan porno tersebut kemudian menjadi komodifikasi, dan akhirnya perempuan lah yang menjadi komoditas. Voyeurisme yang tercipta kemudian membawa rangsangan gairah  dan imajinasi baru untuk kaum lelaki tentang seks itu sendiri, misalnya jika melakukan hubungan seks ingin dengan perempuan seperti itu, atau ingin melakukan seks dengan gaya seperti dalam situs itu.
           Hal lainnya adalah dalam buku ini juga menyajikan bahwa pornografi dalam internet (cyberporn) ada karena kapitalisme. Seksualitas yang menjadi barang “tabu” dalam masyarakat kemudian dijadikan komoditas dagangan untuk dilihat dalam media internet oleh para produsen atau produser pembuat pornografi dalam internet. Tiap ada konsumen pengguna cyberporn yang mengeklik tampilan-tampilan dalam situs mereka, keuntungan yang tidak sedikit pun akan didapat. Produser hanya membayar para perempuan model pornografi mereka dengan bayaran tidak seberapa, namun tampilan mereka dalam situs porno, dilihat konsumen ratusan bahkan ribuan kali, implikasinya produser-produser tersebut menjadi raja pasar yang mendapatkan gelimang materi.
           Cyberporn sekarang ini telah menjadi konsumsi masyarakat, situs, web porno menjadi pola hidup baru yang menawarkan kepuasan kepada para konsumennya. Bahkan pornografi dalam internet ini, dinilai lebih aman dan mudah daripada harus mempelajarinya melalui buku, atau bertanya keada orang yang lebih tua dan berpengalaman karena adanya tirai tabu dan rasa malu atau keengganan dalam masyarakat kita bila membicarakan masalah seputar seks. Budaya mengintip atau melihat adegan seks (voyeurisme) menjadi sesuatau yang bebas, tak terbatas usia, waktu, dan tempat dan disadari atau tidak membawa dampak baik itu positif sampai negatif untuk kita semua. Cyberporn sendiri seakan  telah membudaya sekarang ini, banyak orang yang dengan mudah mengaksesnya. Cyberporn mempengaruhi penggunanya, selalu menunggu sesuatu yang baru darinya, dan kehadirannya telah menjadi bagian dari kita.
Interpretasi Isi Buku
           Buku ini saya nilai bagus, isinya sangat menarik, sebuah buku yang ditulis menyajikan sebuah realitas yang tersembunyi dibalik tirai pornografi. Isu yang diangkat yaitu internet yang menyajikan pornografi, merupakan sebuah contoh dari hiperealitas yang sengaja dibuat oleh para produser cyberporn demi menarik keuntungan berlipat. Penciptaan tersebut kemudian berefek pula pada kekuasaan si produser serta tokoh-tokoh di balik layar bisnis pornografi. Tak hanya dampak ekonomi, pornografi ini juga berkait dengan kepentingan  politik, dan budaya dalam masyarakat kita.  Bagaimana perempuan para model porno diatur sedemikian rupa agar bisa berpose dan berakting semenarik mungkin agar gambar atau film yang dibuat untuk situs mereka bagus dan nantinya akan disukai para konsumen. Dari segi seksualitas sendiri, perempuan ditampilkan dalam cyberporn tak lebih dari bagian pencitraan dibuat sedemikian rupa agar bagian sensitifnya (vagina dan payudara) terekspose agar laki-laki, sebagai konsumen terbesarnya libidonya terangsang, dan terstimulasi lewat tayangan-tayangan pornografi. [1]Karena memang keindahan perempuan selain dari kecantikan wajahnya, adalah bentuk badan dan bagian rahasianya, yang berbeda dengan laki-laki, dan seakan sudah dilabeli bahwa itu merupakan sumber sensualitas diri perempuan. Keindahan perempuan, ketidakberdayaannya  juga dipakai untuk memancing hasrat konsumen agar mau dan terus menunggu tampilan-tampilan porno selanjutnya. Kapitalisme dari pornografi ini juga bukti bahwa teknologi yang selalu berkembang ini, tidak bisa dipungkiri merupakan bagian dari roda ekonomi yang akan selalu berputar. Menampilkan perempuan juga bisa pula dipengaruhi oleh anggapan bia ia (produser) tidak menampilkannya makan dagangannya (pornografi) tidak akan laku di pasaran cyberporn. Sebaliknya bila ia berani menampilkannya dengan vulgar dan nuansa yang lain dari yang lain maka dagangannya akan laris manis. Kita tidak bisa menyalahkan pornografi dalam dunia maya, karena itu merupakan sebuah kebutuhan manusia dewasa tentang seks. Kita tidak akan bisa menghapuskannya bahkan memberantasnya.  Dan harus kita akui, situs-situs porno memang memberikan sebuah hal baru tentang seks. Memang menjadi sesuatu yang tabu karena kita tinggal dan hidup dalam konstruksi masyarakat yang menjunjung norma ketimuran yang mengedepankan batasan-batasan kesopanan, dan kesusilaan.  Salah  apabila pornografi dalam internet itu tidak pada tempatnya dan dikonsumsi oleh orang yang belum sepantasnya melihatnya, dan mempraktekkannya dalam masyarakat, terlebih lagi bila sampai mengarah pada hal yang kriminal. Kapitalisme yang terjadi dalam cyberporn juga menjadi sesuatu yang negatif bila itu terjadi secara eksploitatif dan merugikan pihak lain khususnya perempuan para model cyberporn.


Daftar Pustaka
Meliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh (Perempuan dan Mitos Kecantikan). Yogkarta: LkiS.
          


[1] Meliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh (Perempuan dan Mitos Kecantikan). Yogkarta: LkiS. Hal: 137 bentuk tubuh dan seksualitas.