cuma awalannya ajahhhh...
Maskulin, sebuah kata yang
tidak asing di telinga kita dan selalu
identik dengan kaum lelaki. Maskulin menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah bersifat jantan.[1]
Maskulin juga dikatakan sebagai pola sosial yang terbentuk dari masyarakat yang
menunjukkan bagaimana seorang pria atau lelaki diharapkan untuk berperilaku.[2]
Seorang laki-laki dikatakan maskulin bila ia memiliki sifat kejantanan baik
berupa kepribadian, perilaku, pekerjaan dan lainnya misalnya agresif dominan,
ambisius, keras, fisik yang kuat, tinggi besar, berotot dan tangkas.
Maskulinitas sebenarnya dibentuk oleh
sebuah konstruksi gender yang ada di tengah masyarakat. Konstruksi ini
menciptakan dua kutub yang saling bertolak belakang yaitu Maskulin untuk
laki-laki dan Feminim untuk perempuan.
Konstruksi ini ditanamkan lebih dalam lagi
dengan patriarkhi yang mendominasi kultur sosial masyarakat kita. Patriarkhi
menggambarkan bagaimana sosok laki-laki sebagai seorang yang rasional, tidak
peduli, dan berani mengambil keputusan. Laki-laki dalam kultur patriarkhi juga
diposisikan sebagai pemimpin rumah tangga yang dibebani tanggung jawab yang
besar, bagi istri, anak, dan keluarganya. Maskulinitas yang melekat pada diri
laki-laki mengatakan tabu bagi laki-laki
untuk mengangis, menunjukkan kelemahannya dan tabu pada hal-hal yang berbau
dengan perawatan tubuh, hal ini
dikarenakan tubuh laki-laki seolah-olah sudah diciptakan sempurna,
sehingga tidak harus melakukan perawatan tubuh,
perawatan tubuh juga sebuah hal
yang identik dengan perempuan atau feminitas.
Pada kenyataanya, tidak semua laki-laki merasa nyaman pada konstruksi
maskulin yang terbentuk tersebut. Laki-laki juga manusia biasa sama halnya seperti perempuan. Laki-laki dan
perempuan sama-sama menjadi korban dalam sebuah konstruksi gender yang
terbentuk dan melekat sangat kuat dalam masyarakat kita.
Saat ini semua masyarakat dunia tengah hidup dibawah
pengaruh globalisasi. Globalisasi adalah istilah untuk menunjuk proses yang
terdiri dari serangkaian unsur-unsur eksternal, yang bersifat objektif dan
mengubah dunia.[3] Globalisasi telah membawa
perubahan besar di semua aspek kehidupan
kita, baik itu sosial, ekonomi, politik sampai kebudayaan. Globalisasi sendiri
merupakan proses awal yang perlahan-lahan memunculkan kondisi globalitas baru
dengan kualitas dan hasil yang belum tentu pasti. Menurut Giddens, Globalisasi
langsung dihubungkan dengan perkembangan masyarakat modern menuju
industrialisasi dan akumulasi sumber daya-sumber daya material yang lebih
merupakan kontuinitas atau keberlanjutan dari sebuah modernitas. [4] Periode kontemporer inilah yang kemudian ia
istilahkan sebagai “modernitas tinggi” yakni tahap modernitas yang saat ini
bergerak ke dalam tahap global, masyarakat menjadi sebuah “masyarakat dunia”
dan individu-individunya dihadapkan dengan institusi-institusi sosial yang juga
mengglobal.
Salah satu pengaruh
globalisasi yang terasa bagi kehidupan
manusia adalah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK yang terus
berkembang kemudian membuat wacana gender akan
maskulin dan feminim mengalami pergeseran yang juga luar biasa. Ini kemudian menciptakan
perubahan termasuk untuk laki-laki. Kesadaran laki-laki kemudian makin muncul, bahwa tidak benar bahwa
laki-laki mempunyai fisik yang jauh lebih kuat dan bisa segala-galanya. Dalam
berbagai aspek, laki-laki juga mempunyai
kebutuhan untuk merawat tubuhnya, menakar makanan sehat, dan menjaga kebugaran
tubuhnya sendiri.[5] Laki-laki kemudian semakin
menyadari bahwa perawatan tubuh, memperhatikan mode dan penampilan merupakan
bagian terpenting dalam kehidupannya. Penampilan yang rapi, tubuh yang bersih,
wangi, enak dipandang dan tentu saja sehat jasmani dan rohani menjadi gambaran
laki-laki modern saat ini.
Tubuh adalah penjara atau
makam jiwa.[6] Tubuh adalah saya... saya
adalah tubuh.[7] Tubuh adalah kerangka atau
struktur fisik atau material (Oxford English Dictionary). Lalu apa sebenarnya
itu tubuh? Bagian dari diri manusia ini begitu berharga dan sangat bernilai
tinggi. Bahkan dalam riwayat sejarah Yunani kuno, masyarakatnya begitu memuja
dan mengagungkan tubuh. Semua patung
lukisan dan hasil karya agung dari negara peradaban dunia ini menyuguhkan
keindahan tubuh manusia. Bahkan negara tersebutlah yang memunculkan teori-teori
kecantikan guna memanjakan tubuh. Tubuh sekarang menjadi aset penting oleh
seorang individu, baik itu laki-laki maupun perempuan. Bagian dari tubuh yang
begitu di banggakan dan di rawat dengan
penuh keistimewaan umumnya adalah
wajah. Apa itu wajah? Sesuatu yang unik lunak dan publik. Wajah adalah simbol
utama dari diri. Ia unik karena tidak ada dua wajah yang identik, bahkan saudara kembar
sekalipun, dan lewat wajah lah kita
saling mengenali diri masing-masing dan
mengidentifikasi diri sendiri. [8]
Wajah merupakan bagian dari tubuh yang demikian personal, meskipun wajah
dirias, dihias, dan sangat dipengaruhi trend.
Klinik kecantikan adalah
sebuah tempat yang memberikan jasa perawatan untuk tubuh. Di klinik kecantikan konsumen bisa
berkonsultasi dengan dokter ahli kulit dan kecantikan untuk mengetahui masalah tubuh termasuk
wajah. Kemudian konsumen diberikan produk dan dianjurkan untuk melakukan jasa
perawatan yang disediakan klinik tersebut. Dikota Yogyakarta sendiri terdapat begitu banyak klinik kecantikan yang
berdiri, dari kelas menengah sampai kelas atas. Klinik-klinik tersebut memberikan
berbagai macam model perawatan tubuh dari yang tradisional sampai memakai
teknologi canggih untuk memanjakan konsumennya. Tubuh laki-laki yang selama ini
dianggap nomor dua setelah tubuh perempuan sekarang ini juga telah menjadi
pangsa pasar dari keberadaaan klinik kecantikan yang ada. Untuk konsumen
sendiri tubuh juga begitu berharga untuk
dirawat karena merupakan aset atau modal diri untuk menunjang penampilan dalam
kehidupannya. Fenomena laki-laki yang menjadi konsumen klinik kecantikan,saat
ini bisa kita jumpai dengan mudahnya di sekitar kita.
Bagaimana laki-laki konsumen
klinik kecantikan tersebut merawat tubuh mereka di tempat yang selama ini dicap
milik perempuan serta bagaimana mereka
memandang tubuh dan penampilan merupakan hal yang menurut saya menarik untuk
diteliti.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
laki-laki sebagai konsumen klinik kecantikan memandang tubuh dan penampilan mereka?
2. Bagaimanakah laki-laki
tersebut memaknai tubuh maskulin mereka?
[1] Definisi maskulin dari KBBI online, diunduh
dari www.pusatbahasa.kemdiknas.go.id
[2] Definisi maskulin,
diunduh dari www.kamuskesehatan.com
[3] Munti, Ratna Batara.
2005. Demokrasi Keintiman.
Yogyakarta:LkiS. Hal: 13
[5] Jurnal Perempuan Saatnnya Bicara Soal Laki-laki , No. 64
Tahun 2009, tentang Laki-laki Baru Mendobrak Tabu
oleh Eko Bambang Subiantoro.
[6] Menurut Plato dalam
Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial.
Yogyakarta: Jalasutra, mengenai definisi tubuh.
[7] Menurut Jean P. Sartre, ibid.
[8] Synnott, Anthony. 2007.
Tubuh Sosial. Yogyakarta: Jalasutra. Hal: 115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar